BSE Lolos Standar Ujian Nasional
Jumat, 12 September 2008SURABAYA
Pelaksanaan ujian nasional (unas) memang masih lama. Tetapi, sudah selayaknya sekolah-sekolah mulai bersiap. Terkait upaya persiapan tersebut, tentu banyak yang bisa dilakukan. Mulai memperkaya materi yang diberikan kepada siswa hingga mengintensifkan latihan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Jatim Rasiyo mengatakan, untuk mengetahui tingkat kesulitan unas pada tahun mendatang, tidak ada salahnya sekolah menggunakan standar kompetensi lulus (SKL) tahun lalu.
Menurut dia, SKL adalah acuan yang dipergunakan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar bagi siswa kelas enam SD, tiga SMP, dan tiga SMA.
Setiap tahun SKL dikeluarkan tiga bulan sebelum unas. Isinya berupa standar apa saja yang harus dipenuhi siswa di tiap-tiap mata pelajaran agar bisa lulus. "Jadi, misalnya matematika SMA. Siswa harus menguasai logaritma atau subbab tertentu. Semua diterangkan dalam SKL. Nah, tinggal bagaimana guru bisa menyampaikan materi tersebut hingga siswa memahaminya," jelas Rasiyo.
Untuk itu, lanjut dia, para guru harus mengumpulkan banyak materi pendukung yang akan diberikan kepada siswa. "Biasanya setiap guru kan punya buku babon atau pegangan wajib. Guru jangan hanya mengandalkan buku itu. Harus ada buku lain," katanya.
Mulai tahun ajaran baru pada tahun ini, pemerintah sudah menetapkan ratusan judul buku dalam program buku sekolah elektronik (BSE) yang harus dijadikan buku babon. "Guru boleh mencari materi lain untuk pengayaan," jelasnya.
BSE dijadikan buku babon karena sudah dinyatakan memenuhi standar oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Lembaga itu juga menentukan dan mengeluarkan SKL tersebut. Karena itu, BSE memiliki kesesuaian dengan standar SKL yang akan dikeluarkan BSNP. ''Tetapi seperti apa bentuknya, saya masih belum tahu," ujar Rasiyo.
Menurut Rasiyo, dengan adanya SKL tersebut, mestinya tidak akan ada lagi siswa yang tidak lulus unas karena menganggap soal yang diajukan terlalu sulit. "SKL semua kan sama. Bergantung bagaimana gurunya mengolah materi yang ada sehingga siswa bisa menyerap yang diajarkan," tuturnya. Malah, Rasiyo menganggap di situlah ujian terhadap profesionalitas guru. (any/hud)
________________________________________
Sumber:
Jawa Pos, 5 September 2008