Sekolah Dilarang Boros

Sabtu, 11 Oktober 2008

Senin, Deadline Pengumpulan RAPBS

MALANG - Skenario setahunan penyelamatan siswa korban krisis menginjak pada tahap konsolidasi tingkat sekolah. Kemarin, Diknas Kota Malang menginstruksikan ratusan sekolah SD hingga SMA/SMK untuk bersikap efisien dalam pembelanjaan dana sekolah.

Sikap efisien dari sisi pengeluaran itu diikuti dengan langkah selektif menarik dana dari masyarakat. Sekolah tidak usah terlalu ngoprak-oprak siswa dan wali siswa yang tidak mampu membayar SPP maupun SBPP. Akan ada solusi keuangan untuk sekolah bersangkutan.



Dalam rapat maraton di VBC SMK 2 Kota Malang, Kadiknas Kota Malang Shofwan mencontohkan sikap efisien adalah menghindari pembangunan fisik yang tidak mendesak. Misalnya membangun gapura, mempercantik pagar, atau menambah fasilitas tersier lainnya. Termasuk mengurangi kegiatan guru yang sifatnya rekreatif.

Sekolah diinstruksikan fokus kepada pengajaran dan penyelamatan siswa yang orang tuanya kesulitan ekonomi. Dana sebisa mungkin diperbesar untuk alokasi tersebut. Langkah prihatin itu demi menyelamatkan siswa-siswa yang mungkin terancam drop out (DO) akibat orang tuanya terimbas krisis keuangan global. "Kami tegaskan, jangan sampai ada siswa yang putus atau mogok sekolah gara-gara tak bisa bayar sekolah," kata pejabat asal Mojokerto ini.

Terkait penarikan dana dari masyarakat, diknas menggariskan besarannya sesuai tahun sebelumnya. Seperti yang diatur dalam Perwakot 22/2007 tentang SPP dan SBPP tahun ajaran 2007/2008. Sekolah boleh menurunkan besarannya bagi siswa yang kurang mampu atau mendadak kurang mampu. Sebaliknya sekolah dilarang keras menaikkan sepihak. "Untuk SPP dan SBPP tetap. Tidak ada kenaikan," katanya.

Sebagai mekanisme kontrol, diknas mewajibkan semua sekolah mengumpulkan RAPBS (rancangan anggaran pendapatan belanja sekolah) maksimal Senin (13/10) 2008. Lembar RAPBS yang dikumpulkan ke diknas tersebut akan diseleksi dan dilihat kelayakannya.

"Mencegah anak tidak sekolah atau drop out adalah program pemerintah. Kami meminta semua sekolah menyukseskannya," kata dosen pasca sarjana UMM ini.

Kabid Dikmen Sugiharto menambahkan, sekolah-sekolah harus kembali menciptakan nuansa kepedulian sosial terhadap siswa usia sekolah. Kualitas terus ditingkatkan tetapi kepedulian sosial tak boleh ditinggalkan. Itu sebagai wujud kecakapan hidup yang diajarkan guru kepada para muridnya. "Memberikan toleransi terhadap siswa kurang mampu adalah wujud dari kecakapan hidup," katanya. (yos/lia)
Sumber : Radar Malang

Label:

0 komentar: